Kamis, 09 Juli 2015

Download Materi Arsitektur Vernakuler Indonesia


Download Rumah Tradisional Bali
Klik disini

Download Rumah Tradisional Lombok

 Klik disini

Download Rumah Tradisional Batak
 Klik disini

Download Rumah Tradisional Irian
 Klik disini

Download Rumah Tradisional Minang
 Klik disini



AutoCAD

Dowload AutoCAD gratis, dalam dunia arsitek, autoCAD sudah tidak asing lagi. Bahkan telah menjadi kebutuhan utama dalam proses penggambaran desain. Menggunakan AutoCAD berarti seorang arsitek mendapatkan beberapa kelebihan sekaligus. AutoCAD sangat membantu dalam proses desain yang saat ini akan sangat sulit dilakukan jika menggantungkan dengan kemampuan manual. Menggunakan autoCAD akan menghasilkan sebuah gambar desain yang akurat dan memiliki presisi yang sempurna.

Kelebihan AutoCAD
Arsitek yang menggunakan AutoCAD akan mendapatkan beberapa keunggulan seperti penghitungan yang akurat, kemudahan dalam merencanakan desain secara utuh dan pas, memiliki estimasi dalam segi waktu pengerjaan, mendapatkan bahan material desain yang dibutuhkan, memprogram waktu eksekusi lapangan, dan yang paling penting dari semua adalah kita dapat melihat suatu desain dan objek gambar secara utuh dan sesuai dengan aslinya.
Selain itu beberapa keuntungan dari AutoCAD adalah sebagai berikut.
  • Menghasilkan kualitas desain yang konstan, tanpa menggantungkan diri pada kepiawaian penggambar.
  • Memiliki kecepatan dan keakuratan tingkat tinggi.
  • Mudah untuk melakukan editing dan perubahan seperlunya.
  • Bisa dijadikan data base sehingga memungkinkan pengguna lain untuk turut mengakses informasi yang dimiliki.
  • Bisa membuat sebuah bank library sehingga memudahkan penggambaran pada waktu berikutnya.
  • Sangat mudah untuk dioperasikan dan disimpan sebagai dokumentasi.
  • Memiliki pilihan warna yang beragam sehingga seorang arsitek dapat dengan mudah untuk mendesain.
Perkembangan AutoCAD
Revisi dan upgrade dari autoCAD sudah mengalami banyak perkembangan, mulai dari autoCAD yang berseri AutoCAD, sampai dengan AutoCAD 2011.
Perkembangan AutoCAD ini bukannya tanpa sebab, karena perkembangan ini adalah revisi dari program-program sebelumnya. Hal ini akan menguntungkan Anda sebagai seorang arsitek teknik, yang biasanya memang harus berkutat dengan desain dan gambar yang membutuhkan keakuratan tinggi. Selain itu kemudahan dalam menggunakan AutoCAD akan sangat membantu Anda dalam pengerjaan gambar serta menghmat waktu berharga Anda. Namun, Anda perlu mengetahui bahwa dibutuhkan ketelitian tinggi dalam  menginstall program AutoCAD ke dalam komputer Anda . Oleh karena itu kami memberikan layanan download gratis AutoCAD.

Tips Mempelajari AutoCAD
Disini Anda bisa mendownload AutoCAD gratis, sehingga Anda dapat belajar untuk menggunakan AutoCAD secara mahir. Beberapa tips yang dapat Anda gunakan untuk mempelajari AutoCAD.

Serius dalam belajar
Pelajari AutoCAD secara serius, sehingga Anda dapat  secara mudah untuk menguasai setiap tools yang ada dalam program AutoCAD. Gunakanlah setiap hari setidaknya 3 jam untuk mempelajari AutoCAD.

Belajar secara teratur
Untuk menguasai program AutoCAD, Anda harus berani untuk mencoba berbagai desain sehingga Anda dapat menguasai toolsnya secara benar dan baik. Cobalah untuk surfing di internet agar Anda dapat mempelajari segala hal yang berkaitan dengan autoCAD. Carilah download AutoCAD gratis yang disediakan oleh beberapa website yang menyajikan tentang AutoCAD. Seperti dalam website kami yang juga akan menyediakan bagi Anda kesempatan untuk download AutoCAD gratis.


Dan berikut adalah hasil belajar saya di komputer grafis membuat denah dengan autocad.

Arsitektur Vernakuler

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.
(Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture)
Sebagai produk budaya, arsitektur dipengaruhi oleh faktor lingkungan : geografis, geologis, iklim, suhu; faktor teknologi : pengelolaan sumber daya, ketrampilan teknis bangunan; faktor budaya : falsafah, persepsi, religi, struktur social dan keluarga, dan ekonomi.
(menurut Altman dalam buku Environtment and culture)
Berdasar tradisi cara membangunnya, vernacular dibagi menjadi bangunan menjadi grand-tradition dan folk-tradition. Pada klasifikasi folk-tradition ia menempatkan dua kelompok: kelompok arsitektur primitif dan arsitektur vernakular. Rapoport kemudian mengidentifikasi lanjut bahwa jenis arsitektur vernakular yang ada dapat dipisahkan sebagai vernakular-tradisional dan vernakular-modern. Terjadinya bentuk-bentuk atau model vernakular disebabkan oleh enam faktor yang dikenal sebagai modifying factor diantaranya adalah
  • Faktor Bahan
  • Metode Konstruksi
  • Faktor Teknologi
  • Faktor Iklim.
  • Pemilihan Lahan
  • Faktor sosial-budaya
(menurut Amos Rapoport dalam buku House Form and Culture)
Arsitektur vernakular adalah suatu karya arsitektur yang tumbuh dari arsitektur rakyat dengan segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau memanfaatkan potensi-potensi lokal. Misalnya material,teknologi, pengetahuan, dsb. Dikarenakan arsitektur vernakular sangat mengoptimalkan potensi atau budaya lokal, maka suatu bangunan yang berkonsep vernakular sangat mempertimbangkan kelestarian lingkungan sehingga juga bersifat sustainable architecture. Arsitektur vernakular ditemukan secara trial and error oleh rakyat itu sendiri.
Arsitektur vernakular selalu berkaitan atau bahkan diidentikkan dengan arsitektur tradisional. Walaupun sering dikait-kaitkan tetap ada perbedaan antara kedua gaya tersebut.
Perbedaan antar arsitektur vernakular dengan arsitektur tradisional yaitu :
Arsitektur vernakular pada cara –cara mendesain dan mendirikan bangunan dilakukan dengan efektif dan efisien ditemukan melalui sistem trial and error.
Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan pada bangunan tersebut.


Contoh
Machiya di Kyoto, Jepang.
Machiya adalah townhouse, rumah rakyat di tengah kota, memiliki konsep asli sebagai tempat tinggal dan tempat usaha. Fisik bangunan mewadahi aktivitas usaha sekaligus aktivitas hidup sehari-hari (domestic activity). Machiya (townhouse) dan noka (rumah pertanian) merupakan dua kategori arsitektur vernakular Jepang dikenal sebagai minka (rumah rakyat). Machiya di Kyoto, kadang-kadang disebut kyomachiya yang mendefinisikan suasanan pusat kota Kyoto selama berabad abad dan merupakan bentuk yang menentukan standar Machiya di seluruh negeri
Machiya memiliki bentuk denah yang memanjang ke belakang. Dinding dan atap tersusun menjadi satu kesatuan. Bagian depan bangunan digunakan sebagai toko kemudian bagian belakang terdapat kamar berlantai kayu dan bertikar tatami kemudian juga terdapat dapur dan gudang. Desain dari Machiya ini memperhatikan iklim di lingkungan Kyoto yang bisa sangat dingin di musim dingin, dan sangat panas dan lembab di musim panas. Beberapa lapisan pintu geser (fusuma dan Shoji) digunakan untuk mengatur suhu; menutup semua layar di musim dingin sehingga mampu digunakan sebagai perlindungan dari dingin, ketika membuka mereka semua di musim panas mampu menahan panas dan kelembaban.


gambar denah dan fasad salah satu contoh Machiya

gambar aksonometri dan fasad Machiya


gambar kompleks Machiya



Source : http://ninavidya.blogspot.com/2011/05/pengertian-arsitektur-vernakular.html

Struktur Konstruksi dan Sistem Bangunan



Konstruksi Bangunan terdiri dari dua suku kata yaitu konstruksi (construction) yang berarti membangun, sedangkan bangunan yang berarti suatu benda yang dibangun atau didirikan untuk kepentingan manusia dengan tujuan, biaya dan waktu tertentu. Konstruksi bangunan berarti suatu cara atau teknik membuat/mendirikan bangunan agar memenuhi syarat kuat, awet, indah, fungsional dan ekonomis.

Struktur berarti benda sedangkan konstruksi berarti teknik atau cara membuat (rekayasa).

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.
Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya) Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Bangunan dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu:
1). Bangunan Gedung yaitu: kantor, rumah sakit, hotel, rumah dan lain-lain.
2) Bangunan Transportasi yaitu: jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan,
lapangan terbang dan sebagainya.
3) Bangunan Air yaitu: bendungan, saluran irigasi, saluran drainase, bangunan bagi, gorong-
gorong dan sebagainya.
4) Bangunan khusus yaitu: anjungan lepas pantai, menara jaringan listrik tegangan tinggi,
menara pemancar radio, TV dan sebagainya.
Secara umum konstruksi bangunan harus memenuhi 5 syarat yaitu:
1. Kuat dan awet, dalam arti tidak mudah rusak sehingga biaya pemeliharaan relatip
menjadi murah.
2. Fungsional, dalam arti bentuk, ukuran dan organisasi ruangan mememihi kebutuhan
sesuai dengan fungsinya.
3. Indah, dalam arti bentuknya enak dipandang mata .
4. Hygienis, dalam arti sirkulasi udara dan cahayanya cukup sehingga penghuninya merasa
nyaman dan sehat.
5. Ekonomis, dalam arti tidak terdapat pemborosan sehingga pembiayaan menjadi relatif
efisien dan efektif.
Sistem Bangunan
Sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai suatu susunan bagian-bagian yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk sebuah kesatuan kompleks dan berlaku untuk satu fungsi. Sebuah bangunan dapat diartikan sebagai wujud fisik dari beberapa sistem dan subsistem yang saling berhubungan, terkoordinasi, terintegrasi satu sama lain sekaligus dengan wujud tiga dimensinya, serta organisasi spasialnya secara utuh.
Sistem Struktural
Sistem struktural sebuah bangunan dirancang dan dikonstruksi untuk dapat menyokong dan menyalurkan gaya gravitasi dan beban lateral ke tanah dengan aman tanpa melampaui beban yang diizinkan atau yang dapat ditanggung oleh bagian­-bagian sistem struktur itu sendiri.
a) Substruktur atau struktur bawah: adalah struktur dasar yang membentuk fondasi sebuah
bangunan.
b) Struktur: berupa kolom, balok, dan dinding penopang menyokong struktur lantai dan
atap.
c) Superstruktur atau struktur atas: adalah perpanjangan vertikal bangunan di atas fondasi.
Dari elemen-elemen bangunan tersebut diatas, selanjutnya dapat disusun sedemikian sehingga sesuai dengan fungsinya masing-masing dan seefisien mungkin, karena elemen yang satu terhadap yang lain saling berkaitan menjadi satu kesatuan yaitu yang disebut gedung atau rumah.
Sistem Selubung
Sistem selubung merupakan cangkang atau selimut bangunan yang terdiri dari atap, dinding eksterior, jendela, dan pintu.
ü Atap dan dinding eksterior melindungi ruang­-ruang interior dari cuaca, mengkontrol
kelembaban, panas, dan aliran udara dengan susunan lapisan komponen konstruksi.
ü Dinding eksterior dan atap juga meredam kebisingan, serta memberikan keamanan dan
privasi bagi penghuni bangunan.
ü Pintu memberikan akses fisik.
ü Jendela memberikan akses terhadap cahaya, udara, dan pemandangan.
ü Dinding interior dan partisi membagi ruang interior bangunan menjadi satuan ruang-
ruang yang lebih kecil.


Sistem Mekanikal Sistem mekanikal bangunan memberikan pelayanan yang penting bagi bangunan, diantaranya:

aa Sistem pasokan air menyediakan air untuk konsumsi dan sanitasi penghuni.
bb Sistem pembuangan air membuang limbah cair dan zat organik ke luar bangunan.
cc Sistem pemanas, ventilasi, dan AC (air ­conditioning) mengkondisikan keadaan ruang
interior untuk kenyamanan penghuni.
dd Sistem elektrikal mengendalikan, mengukur, melindungi sumber daya listrik bangunan
dan men­distribusikannya dengan aman untuk memenuhi kebutuhan
ee. Sistem penerangan, keamanan, dan komunikasi Sistem transportasi vertikal (lift) membawa crane dan barang dari satu lantai ke lantai lain dalam bangunan bertingkat sedang Ban tinggi.
f. Sistem kebakaran mendeteksi dan memadamkan api.
gf. Struktur bangunan bertingkat tinggi mungkin memerlukan sistem pembuangan limbah
serta sistem daur ulang.




2. Jenis-jenis Bangunan
Bangunan sebagai suatu benda hasil karya orang umumnya besar dan mempunyai bobot yang tinggi serta dikerjakan oleh orang banyak. Mengingat banyaknya macam bangunan dalam bidang teknik, maka dapat dibedakan menjadi jenis-jenis sebagai berikut :
aA. Bangunan kering, yang diantaranya adalah gedung, rumah, jalan, pabrik, tempat ibadah , dan
lain-lain.
bB. Bangunan basah, yang diantaranya adalah saluran air, menara air, dermaga, pelabuhan, bendungan, saluran irigasi dan lain sebagainya.Mengingat ruang lingkup dan jenis bangunan yang cukup luas, maka dalam materi ini hanya akan dibahas ilmu bangunan gedung saja.


3. Bagian-bagian Bangunan Gedung
Setiap bangunan merupakan susunan sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya agar mendapatkan konstruksi yang stabil.
Ditinjau dari sisi susunannya, bagunan gedung dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sebagai berikut:
1.3.1. Bagian bawah
Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan lantai atau bagian bangunan yang ada di dalam tanah, seperti balok beton (sloof), kolom beton dan pondasi. Bangunan bagian bawah ini berfungsi untuk menahan semua beban bangunan yang berada diatasnya termasuk beratnya sendiri.
1.3.2. Bagian tengah
Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas balok beton (sloof), seperti dinding, pintu
dan jendela.
1.3.3. Bagian atas
Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas dinding (pasangan bata), seperti plafond,
balok cincin (ring balk), rangka atap dan penutup atap.


Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur.
Untuk melindungi suatu ruang terhadap iklim dan bahaya –bahaya yang ditimbulkan oleh alam.
Menyalurkan beban ke dalam tanah
Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Beban dibedakan dalam beberapa arti :

Beban Gravitasi : Tegak Lurus Kebumi, vertikal ke bumi, beban yang secara alami dimiliki oleh
setiap benda di muka bumi.
Beban Lateral atau Horizontal :Tegak Lurus terhadap beban gravitasi atau mendatar relatif
sejajar permukaan bumi.
Pembagian beban berdasarkan sebabnya :

1. Beban yang disebabkan Alam (Geofisika)
Arus dan Gelombang air, geothermal-uap dan gas, angin, gempa tektonik dan vulkanik, hujan,
salju, dsb.
2. Beban yang disebabkan Buatan Manusia (Man Made)
getaran kendaraan, suara buatan, ledakan bom, nuklir, benturan, pukulan, dsb.
Perbedaan beban hidup dan beban mati

Beban Mati
Berat Sendiri – Struktur dan Seisinya
Sifatnya Permanen – Tetap, Statik
Beban mati dapat dihitung dengan akurat – material dan komponennya jelas.
Contoh :
Struktur dinding, lantai, atap, plafon, perlengkapan Sistem Mekanikal Elektrikal

Beban Hidup
Salju, Air hujan, Es
Tekanan Air,Tanah, dan Air Tanah
Beban Angin
Beban Gempa ;
Pergeseran pada Patahan/plate
Tanah Longsor, Tanah Turun pada lapisan bawah
Tsunami
Beban Termis – Panas, Memuai dan Pemuaian
Beban Ledakan – Nuklir, Super Sonic
Sifatnya Berubah atau Temporari atau Semi Permanen
Beban Hidup terkadang sukar diprekdiksi arah dan besarnya
Besaran dapat berubah menurut Waktu dan Tempat
Beban Hidup dapat bekerja secara Statik ataupun Dinamik
Contoh :
Orang, Perabot Interior-Furnitur, Dinding Partisi, Sebagian Perlengkapan Mekanikal (tangki air, pipa, dll).

Konsep dasar sistem struktur :
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mendisain struktur adalah
Pola Geometrikbentuk geometrik diperlukan untuk kemudahan dalam hal ;
a. organisasi fungsi ruang,
b. visual,
c. stabilitas,
d.distribusi beban.

Pola dan Koordinasi Modul
untuk memudahkan dalam mendisain, pelaksanaan lapangan dan perhitungan-perhitungan sruktur
Modul Perencanaan (Ruang/Arsitektural)
Modul Struktur
Modul Bahan/Material
Modul Utilitas
Modul Perlengkapan Furnitur
Pola Struktur
Pola/Modul Grid, garis-garis kotak lurus
Pola Radial/Memusat
Pola Abstrak/tidak berbentuk
Pola Gabungan
Elemen – elemen dasar struktur :

Struktur Vertikal ;
a.Kolom Murni ; perletakan kolom (Lihat Lampiran Gambar)
b.Letak kolom dengan pengulangan secara merata
c.Letak kolom ditepi,
d.Ditepi dan ditengah
e Letak kolom terpusat
f Dinding Murni ; Lihat Lampiran Gambar)
g Dinding Lurus/Linear
h Dinding Siku/Tekuk
i Dinding Core Terbuka
j Dinding Core Tertutup
k Gabungan/Kombinasi
l Kombinasi antara kolom, dinding-dinding
m. Dapat diletakkan tegak, miring atu kurva

Elemen Struktur Horizontal ;
Plat Lantai ; (Lihat Lampiran Gambar)
Plat Beton Slab (Solid)
Plat Wafel
Plat Komposit (Steel Deck - Bondex)
Plat Berongga (Hollow-core concrete slabs)
Atap Datar
Dak Beton
Steel Deck
Komposit/Kombinasi
Balok-Balok ; (Lihat Lampiran Gambar)
Balok Paralel; satu arah (oneway) dan dua arah (two way system)
Balok dengan susunan Radial
Balok dengan susunan Diagonal
Balok dengan susunan Kombinasi (Hibrid)

Elemen Dasar Struktur menurut Bentuk Geometrik
a.Elemen Garis Lurus (Balok dan Kolom) – merupakan elemen struktur satu dimensi.
b.Elemen Bidang Datar (Flat Surface Structure/Slab)
c.Elemen Lipat/Patah dan Lipat Kurva ( “Folded and Curved Line“)
d.Elemen Dinding Lengkung dan Dinding Miring
e.Elemen Permukaan Lengkung (“Curved Surface“)

Sistem Struktur Penahan Beban Lateral
Pada dasarnya untuk menahan beban vertikal ; kolom struktur dan sistem pondasi adalah yang utama.
Dasar untuk menahan beban lateral/horizontal dapat dipecahkan dengan cara ;
o Membuat sambungan jepit sempurna (rigid frame) pada sistem struktur rangka ;
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada bagian kolom dengan sistem pondasi/tanah.
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada kolom dan balok, baik sebagian maupun keseluruhan
sistem portal.
o Menggunakan ikatan diagonal (bracing) pada struktur rangka.
o Menggunakan dinding panel (dinding geser/“shear wall“) pada sistem struktur rangka atau dinding
geser murni (menerus)
o Menggunakan Kombinasi dari ketiga sistem diatas

Sistem Struktur Portal (Single-Storey Skeleton Structure)

Elemen dasar struktur portal adalah berupa elemen batang yang disusun/dirakit sedemikian rupa menjadi “Balok dan Kolom” (“Post and Lintel/Beam”). Elemen Batang disebut juga sebagai elemen garis /satu dimensi.

Hubungan Sistem Rangka dapat dibentuk atas dasar :
o Susunan rangka dengan ikatan jepit sempurna/hubungan kaku (“rigid”)antara elemen-elemen
batang yang tersusun.
o Susunan rangka dengan ikatan sendi/engsel (“pin”, “hinge”) dengan konsep dasar susunan berupa
‘truss”segi tiga.
o Susunan kombinasi keduanya
Sistem portal dapat disusun satu buah (“single”) atau multi level(“multibay”-bersusun dengan mengulangan). Sistem rangka dapat disusun dan dikembangkan dengan arah susunan ;
n Paralel
n Radial, dengan cara dirotasi
n Bentuk-bentuk susunan bebas

Source : http://struktursivil12.blogspot.com/2014/03/pengertian-konstruksi-bangunan.html

Perencanaan Konsep Ramah Lingkungan




Gerakan Hijau atau green movement berkembang pesat diseluruh dunia yang tujuannya tidak hanya sekedar melindungi sumber daya alam secara umum, tetapi juga pada penerapannya dalam rangka efisiensi penggunaan energi dan air serta meminimalisir kerusakan lingkungan hidup. Demikian juga kesadaran masyarakat dunia tentang lingkungan hidup, khususnya dalam bidang arsitektur, meningkat dengan tajam dalam dekade terakhir ini. Praktek rancang - bangun arsitektur dan industri konstruksi sedikit banyak telah berubah dan bergerak kearah bangunan yang ramah lingkungan, sebagai perwujudan sikap masyarakat yang semakin perduli terhadap lingkungan hidup.
Secara umum, “green building” atau bangunan ramah lingkungan yang juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan, mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung-jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunannya : mulai dari penentuan tapak, perencanaan, pelaksanaan konstruksi, penggunaan atau pengoperasian, pemeliharaan, renovasi hingga pembongkarannya.
Bagi seorang arsitek, merancang bangunan ramah lingkungan sesungguhnya adalah sebuah proses. Tujuannya bukanlah untuk menciptakan arsitektur bangunan yang sempurna, melainkan untuk menciptakan arsitektur bangunan yang lebih baik, lebih nyaman bagi penggunanya dengan memperhatikan serta bertanggung-jawab terhadap aspek-aspek lingkungan hidup disekitarnya. Menuju bangunan yang ramah lingkungan dapat dicapai dengan mengukur dampak pada lingkungan luar (bangunan) yang (akan) ditimbulkannya dan membantu memperbaiki lingkungan dalam (bangunan) sehingga menghasilkan rancang-bangun arsitektur yang lebih bertanggung-jawab terhadap kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan serta lingkungan disekitarnya. Biasanya beberapa aspek yang diperhatikan antara lain : rancangan arsitektur bangunan (baik secara Passive Design maupun Active Design), metodologi membangun, material bangunan, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air dan life cycle ecological living.
Pendekatan umum yang menjadi prinsip-prinsip dasar bangunan hijau atau perancangan berkesinambungan (sustainable design) dalam konteks rancangan arsitektur yang ramah lingkungan ini meliputi berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Pemilihan lokasi pembangunan di kawasan yang sesuai dengan peruntukan lahan dan telah tersedia jaringan fasilitas umum yang mendasar (misalnya : jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan komunikasi, jaringan drainase, jaringan transportasi umum, jaringan pemadam kebakaran, dll) untuk menghindari terjadinya “urban sprawl” serta menghindari pengurangan area hijau akibat perambahan lahan baru untuk lokasi pembangunan yang baru. Selain itu, pemilihan lokasi yang tepat juga mengurangi carbon footprint melalui kemudahan akses serta ketersediaan fasilitas umum yang memadai bagi pengguna bangunan, baik dari maupun menuju bangunannya. 
  2. Rekayasa Iklim Mikro yang dimaksudkan untuk memperbaiki iklim dan suhu pada lingkungan disekitar bangunan yang akan berpengaruh terhadap suhu dalam bangunan, yang dapat ditempuh melalui beberapa cara, antara lain : Disain lansekap yang memadai, baik jenis, jumlah & fungsi masing-masing tanaman, dengan lokasi budidaya lokal yg relatif lebih cocok dengan iklim setempat (ditambah dengan wall garden / taman vertikal, roof garden, balcony plantation & indoor plantation) serta didukung oleh teknologi lansekap yg relatif murah dan sederhana (layering system, biopori, turf-pave, artificial but natural pond, dll) yang juga mengakomodir peresapan air ke dalam tanah terkait penanganan beban banjir setempat (storm water management) serta mengkonservasi air tanah.Pemilihan material perkerasan atau penutup non-atap bangunan yang memiliki nilai Solar Absorbtance (Solar Absorbtance adalah kemampuan suatu material untuk menyerap radiasi panas matahari) yang tinggi, sehingga mencegah radiasi panas matahari yang diterimanya tidak direfleksikan ke lingkungan disekitarnya yang bisa mengakibatkan penambahan beban pengkondisian udara atau cooling load pada bangunan disekitarnya. 
  3. Penentuan orientasi massa bangunan terkait orientasi matahari, dengan mengusahakan bidang massa terlebar / terbesar bangunan beserta bukaannya mengarah ke utara-selatan, serta bidang massa terkecil / tersempit yang mengarah ke timur-barat dan meminimalisir bidang bukaan pada arah ini. Hal ini dimaksudkan agar penerimaan beban panas matahari yg terbesar pada arah timur-barat bangunan dapat dikurangi, sehingga beban pengkondisian udara (cooling load) pada bangunan juga berkurang namun penggunaan cahaya alami pada bangunan dapat dimaksimalkan.
  4. Pemilihan material selubung bangunan & teknologi pemasangan yang tepat, yang dapat mengurangi RTTV (Roof Thermal Transfer Value) & OTTV (Overall Thermal Transfer Value) selubung bangunan secara signifikan, sehingga beban pengkondisian udara (cooling load) bangunan dan konsumsi energi listrik berkurang secara signifikan pula. Hal ini dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain : Meminimalisir bukaan bangunan pada sisi timur-barat, sehingga mengurangi penerimaan beban panas matahari terbesar. Memaksimalkan bukaan bangunan pada sisi utara-selatan, sehingga memaksimalkan penggunaan cahaya matahari pada siang hari, namun meminimalisir penerimaan beban panas matahari. Memaksimalkan penggunaan ventilasi udara silang alami (natural cross ventilation) yang memungkinkan siklus pergantian udara dalam ruang memanfaatkan mekanisme alami, sehingga meminimalisir penggunaan ventilasi mekanik dan mengurangi penggunaan Air Conditioning untuk pengkondisian udara dalam ruangan. Jika selimut bangunan menggunakan material kaca, sebaiknya dipilih material kaca yang dilengkapi dengan lapisan khusus untuk mengurangi infiltrasi atau transfer radiasi panas matahari (misalnya : Low Emissivity Glass, dll) pada sisi terluarnya dan jika memungkinkan, sebaiknya menggunakan dinding kaca dengan sistem double glazing / double pane, dimana ruang diantara 2 lapis kaca pada dinding / jendela (biasanya diisi dengan gas khusus atau hampa udara) berfungsi sebagai penahan panas atau memerangkap radiasi panas matahari sehingga transfer panas dari luar bangunan ke ruang dalam bangunan berkurang secara signifikan. Menggunakan material penutup atap yang memiliki nilai albedo / Solar Reflectant Index yang tinggi serta menggunakan teknologi konstruksi atap yang dilengkapi dengan lapisan penahan panas (heat insulation). Apabila memungkinkan, sebaiknya dipertimbangkan untuk memanfaatkan bagian atap bangunan sebagai roof garden dan dilengkapi pula dengan teknologi konstruksi atap yang diberi lapisan heat insulation sehingga dapat mengurangi Roof Thermal Transfer Value (RTTV) bangunan secara signifikan. Apabila memungkinkan, dapat juga memanfaatkan sisi vertikal atau dinding pada bagian eksterior bangunan sebagai taman vertikal (atau lebih umum dikenal dengan vertical garden / wall garden) yang secara signifikan dapat mengurangi infiltrasi radiasi panas matahari ke ruang dalam bangunannya, dsb. 
  5. Mengoptimalkan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber cahaya alami utama pada siang hari, melalui pemanfaatan ruang-ruang di bagian kulit bangunan atau perimeter daylight area sebagai ruang-ruang aktif / ruang kerja dan dilengkapi dengan teknologi grouping & sensor pada sistem pencahayaan buatannya, sehingga mengurangi penggunaan artificial lighting atau cahaya buatan pada siang hari. 
  6. Menempatkan & menggunakan peralatan listrik yg efisien & efektif pada bangunan, yaitu : disain chiller & sistem AC yang tidak berlebihan, lampu hemat energi, elevator & escalator yang dilengkapi dengan auto-generated system & sleep mode, fitur listrik lainnya yang berbasis hemat energi, dsb. 
  7. Memanfaatkan sumber air alternatif, misalnya : menampung air hujan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air bersih atau untuk siram tanaman, mendaur-ulang & memanfaatkan kembali air bekas (AC, wudhu, grey-water, dsb) serta jika memungkinkan agar memanfaatkan teknologi daur-ulang air (Water Treatment Plant) yang sesuai dengan kebutuhan bangunan.
  8. Menggunakan fitur-fitur yang hemat pada instalasi air bangunannya, misalnya : faucet / keran yang dilengkapi dengan automation system & aerator yang berfungsi mengurangi dan mengontrol volume keluaran air namun tetap menjaga tekanan air yang keluar relatif sama dengan fitur air yang konvensional, double-flush system pada kloset / WC, dsb. 
  9. Memilih material interior bangunan yang ramah lingkungan & sehat, misalnya : cat yang berbasis air & low-Volatile Organic Compounds, menghindari penggunaan material yang berbasis Ozone Depleting Potential, sebisa mungkin memanfaatkan material lama / bekas untuk didaur-ulang dan dipakai kembali (reuse & recycle), tidak menggunakan material berbahan asbestos, merkuri & formaldehyde, memilih material yang sumbernya regional berbasis ramah lingkungan & terbarukan, dsb sehingga kualitas udara dalam ruang dapat terjaga dengan baik yang berdampak positif bagi pengguna ruang dalam bangunannya sendiri. 
  10. Pengurangan & penanganan sampah, melalui penerapan prinsip “Reduce – Reuse - Recycle” serta pemilahan sampah untuk kemudian dapat diolah & dimanfaatkan kembali dalam bentuk maupun fungsi yang baru, misalnya : sampah makanan / organik dapat diolah dan dimanfaatkan kembali menjadi pupuk kompos, sampah plastik & kertas dapat diolah & dimanfaatkan kembali menjadi perabotan / peralatan plastik & kertas daur-ulang, dsb.
Prinsip-prinsip perencanaan diatas berfokus terhadap bangunan yang memungkinkan interaksi yang baik antara manusia dengan lingkungan. Konsep ini berkaitan dengan adaptasi rancangan terhadap kondisi alam, urban design dan perencanaan tapak, serta tingkat kenyamanan bangunan yang akan dicapai. Hal ini berkaitan dengan keharmonisan hidup semua konstituen ekosistem: elemen non organik, organisme hidup dan manusia. Prinsip ini tumbuh dari filosofi pemikiran untuk menghargai keberadaan seluruh benda dan mahluk hidup di muka bumi.
Pada akhirnya, untuk dapat merancang bangunan yang ramah lingkungan, seorang perencana / arsitek harus belajar tentang masalah lingkungan hidup. Pendidikan arsitektur atau perencanaan bangunan harus dapat menumbuhkan keperdulian terhadap lingkungan dan memperkenalkan masyarakat kepada etika lingkungan, serta mengembangkan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan (knowledge base on sustainable design). Pengembangan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan adalah penting, tetapi perubahan gaya hidup dan sikap terhadap lingkungan tidak kalah pentingnya. So, let’s live green, not “looks” green.

Bahan Bangunan Ramah Lingkungan

Pada dasarnya, konstruksi rumah yang baik adalah konstruksi yang menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, dalam hal ini rumah ramah lingkungan. Sangat disayangkan, kurang dari satu persen bangunan di Indonesia masih belum menerapkan konsep konstruksi berkelanjutan ini. Konstruksi berkelanjutan merupakan prinsip pembangunan yang diterapkan mulai dari pemanfaatan bahan baku, perencanaan, infrastruktur, dan pengelolaan limbah.


Konsep konstruksi berkelanjutan menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu. Selain itu konstruksi berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan yang merupakan proses pemeliharaankeseimbangan kehidupan secara ekologis, sosial, dan ekonomis.

Penggunaan bahan material sangat berperan besar dalam pelaksanaan konstruksi bangunan yang ramah lingkungan. Akibat pemanasan global berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia bahan bangunan. Penggunaan material bangunan yang tepat dapat menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan.

Dalam proses pembangunan rumah ramah lingkungan sebaiknya dilakukan survei terlebih dahulu, untuk menentukan alternatif material bahan bangunan yang bersifat praktis dan mampu memberi solusi yang tepat bagi kebutuhan bangunannya. Pemilihan material bahan bangunan berpengaruh pada konsumsi energi bangunan tersebut. Pada saat didirikan, konsumsi energi bangunan tersebut berkisar antara 5-13% sedangkan 87-95% merupakan angka konsumsi energi bangunan selama masa hidup bangunan tersebut.

Sebagai contoh penggunaan material bahan untuk membangun rumah ramah lingkungan yaitu pembangunan bangunan hijau. Yang dimaksud bangunan hijau disini adalah bangunan yang menggunakan material bahan bangunan yang lebih memperhatikan keadaan alam.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
Penggunaan baja ringan dan alumunium untuk kerangka bangunan utama dan atap mulai dilakukan sebagai pengganti material kayu. Beredarnya isu illegal logging akibat penebangan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian bumi. Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, anti karat, anti keropos, anti rayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.

Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.

Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).

Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap airrendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.

Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi. Bangunan menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.

Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.

Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan.

Kehalusan permukaan dan warna bahan bangunan sangat menentukan iklim mikro di sekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari yang baik dan menaikkan suhu sekitar. Warna gelap dan permukaan kasar akan membantu meredam dan menyerap sinar dan panas matahari. Bahan bangunan berpori mudah meluncurkan panas dan meluncurkannya kembali jika suhu udara disekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika memanfaatkan bahan-bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai luar.

Di samping itu diperlukan teknik insulasi yang baik untuk meredam pancaran panas genteng ke ruang di bawahnya (kasur ijuk sangat baik sebagai isolasi atap di bawah genteng daripada nylon wool). Dalam ruang atap yang tertutup rapat, terjadi udara yang lebih panas dari sinar matahari atau suhu udara luar. Panas pada ruang atap akan dipancarkan ke bawah ke langit-langit dan dipancarkan lagi ke ruang fungsional di bawahnya.
Dalam hal sanitasi, septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus.

Kotoran diproses penguraian secara biologis dan filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen. Media kontak yang dirancang khusus dan sistem desinfektan sarana pencuci hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat buangan limbah kotoran tidak menyebabkan pencemaran pada air tanah dan lingkungan.

Ikllim mikro di sekitar bangunan perlu dikendalikan dengan memanfaatkan tanaman hijau yang berdaun gelap dan lebat. Sangat ideal jika 30% – 70% volume ruang lahan bangunan terisi tanaman hijau dan 30% – 70% luasan permukaan tanah tidak ditutupi material keras.


Source : 

Konsep SPA2 : Arsitektur Ramah Lingkungan

Gedung Hijau
Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.
“Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan,” kata Rana Yusuf Nasir dari Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia (IAFBI), sebagai salah satu pembicara dalam diskusi panel “Pemanasan Global-Apa yang Dapat Dilakukan Dunia Properti?”, Jumat (24/8) di Jakarta.
Menurut Rana, di Indonesia akses energi terbarukan masih lemah. Suplai energi listrik untuk properti hanya mengandalkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang belum menggunakan sumber energi terbarukan.
Di Amerika Serikat, lanjut Rana, berbagai perusahaan penyuplai energi listrik dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan bakar terbarukan. Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan akan memperoleh poin terbesar dalam konsep green building.
1
(Konsep bagaimana bangunan yang ramah lingkungan itu yang sebenarnya)
Pembicara dalam diskusi panel tersebut di antaranya Yandi Andri Yatmo (Ikatan Arsitek Indonesia-Jakarta), Meiko Handoyo (Dewan Pimpinan Daerah Real Estat Indonesia-Jakarta), Simon Molenberg (Director Tourism, Real Estate and Construction Asia Region), dan Stephanus D Satriyo (Asosiasi Manajemen Properti Indonesia).
Di banyak negara, bagi Meiko, penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual. Namun, di Indonesia masih butuh proses edukasi panjang. Di Indonesia bahkan muncul kerancuan bahwa bangunan ramah lingkungan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis.
editt(Gedung EDITT, bangunan ramah lingkungan di Singapura yang cukup mahal biaya pembuatannya)
“Para pengelola gedung sebagai pengguna energi cukup besar kini memiliki tanggung jawab mengurangi pemanasan global dengan cara-cara menghemat energi, air, bahan bakar, dan sebagainya,” kata Satriyo. Kegiatan diskusi panel yang difasilitasi PT Colliers International Indonesia dan PT Cisco System Indonesia itu sekaligus untuk mengenalkan acuan green building melalui konsep Leadership in Energy and Environtmental Design (LEED).
Menurut Rana, penerapan konsep LEED pada hakikatnya sebagai upaya pemberian penghargaan atas karya properti ramah lingkungan atau yang memegang konsep green building. Konsep LEED memperkenalkan 85 poin penilaian yang memiliki peringkat tersertifikasi, silver, gold, dan platinum.
Efisiensi
1
(Salah satu contoh gerakan penghijauan, masih dirasa kurang efisien)
Menurut Rana, yang juga menjadi Ketua Himpunan Ahli Tata Udara dan Refrigerasi tersebut, penerapan LEED untuk pembangunan properti juga mensyaratkan secara mutlak beberapa hal, seperti efisiensi penggunaan air, penggunaan energi secara minimum, atau upaya perlindungan lapisan ozon.
Sementara itu, menurut Rana, pemilik atau pembangun properti di Indonesia hingga sekarang belum ada yang memiliki sertifikasi LEED. Beberapa negara, seperti India, China, Dubai, dan Vietnam, juga sudah cukup banyak menerapkan konsep LEED. Sertifikasi LEED pada awalnya dirumuskan Green Building Council Amerika Serikat.
1(Contoh bangunan ramah lingkungan lainnya)
Menurut Yandi, dunia pendidikan dan profesi arsitektur selama ini cenderung melihat arsitektur sebagai bangunan yang berdiri sendiri. “Kita perlu memperluas pengertian tentang arsitektur ini. Tolok ukur green building membuka kesempatan untuk menempatkan bangunan dalam jaringan yang lebih luas, terkait aspek-aspek iklim, sumber daya alam, sosial, dan budaya,” kata Yandi Andri Yatmo.
Menurut dia, “Pendidikan berperan penting dalam pemahaman tentang sustainability.” Isu utama menyangkut bangunan ramah lingkungan, kata Yandi, di antaranya adalah membangun hanya yang diperlukan dan tidak menggunakan lebih dari yang diperlukan, menganut prinsip keterkaitan, serta memandang profesi arsitek sebagai “pengurus bumi” (steward of the earth).
1
(Solar Dezhou, bangunan yang menggunakan energi matahari untuk sistem pencahayaannya)
Strategi desain yang dapat diterapkan antara lain, tambah Yandi, pemanfaatan material berkelanjutan, keterkaitan dengan ekologi lokal, keterkaitan antara transit dan tempat tinggal, rekreasi dan bekerja, serta efisiensi penggunaan air, penanganan limbah, dan mengedepankan kondisi lokal baik secara fisik maupun secara sosial.

Mengapa Penghijauan itu Penting?
Pertanyaan ini pastinya ada dibenak kita, kenapa penghijauan itu penting. Sebenarnya alasan itu sungguh banyak dan tak mungkin dijelaskan satu-persatu secara rinci. Namun, berhubung kita lagi membahas bangunan ramah lingkungan, akan saya jabarkan mengapa penghijaun itu penting bagi bangunan dan manusia didalamnya.
Ada beberapa alasan mengapa Bangunan Ramah Lingkungan sangat penting.
  1. Green Building menghemat energi. Hal ini dipengaruhi oleh desain bangunan, ventilasi udara, penggunaan solar panel.
  2. Penggunaan air yang lebih hemat. Seluruh sistem yang menggunakan air, terutama pada toilet, didesain menghemat penggunaan air, seperti flush pada toilet, teknologi water sense pada dish washers, dan masih banyak lagi.
  3. Green Building menyehatkan untuk manusia. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kelembaban udara, ventilasi yang sangat memadai, dan filtrasi udara.
  4. Green Building mengurangi sampah / limbah yang ditimbulkan manusia. Hal ini dikarenakan, hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan berasal dari daur ulang yang dimana ini memenuhi konsep penyelamatan lingkungan yang sangat sederhana, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle.
  5. Green Building berperan mengurangi emisi karbon. Dari poin-poin ke-4 diatas, semuanya berperan dalam mengurangi emisi karbon yang dibuang. Sebagai contoh, kaca pada kaseluruhan bangunan, dan  penggunaan solar panel, secara otomatis mengurangi tingkat penggunaan listrik yang dihasilkan pembangkit tenaga listrik yang membutuhkan begitu banyak bahan bakar, dan menghasilkan polusi udara.

Apa Itu Bangunan Ramah Lingkungan?

Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi gaya dunia bagi pengembangan properti saat ini, karena bangunan ramah lingkungan ini memiliki kontribusi dapat menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.
Fakta akibat pemanasan global menyebabkan terus berkembangnya produk industri dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan saat ini. Green building adalah suatu praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang seefisien mungkin di seluruh siklus hidup suatu bangunan, dari saat mendesain, melakukan konstruksi, membangun, memelihara bangunan, melakukan renovasi dan dekonstruksi bangunan. Konsep green building sendiri menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan.
Green building dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak bangunan baru terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagai contoh, memanfaatkan sinar matahari melalui teknik tenaga surya atau menggunakan tanaman dan pohon-pohon kecil sebagai atap bangunan sehingga terlihat hijau.
Desain green building akan memperhatikan banyaknya ruang terbuka untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami, sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan AC pada siang hari. Selain itu, akan diperhatikan juga bahwa bangunan tersebut hemat energi, membatasi lahan terbangun, sederhana, memiliki mutu yang baik, efisiensi material serta material yang digunakan ramah lingkungan. Rancangan umum saat ini adalah atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap yang memiliki nilai ekologis tinggi, yaiktu mengurangi suhu udara dan pencemaran serta menambah ruang hijau.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat juga berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa produsen bahan bangunan telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam yang tak terbarukan, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
Kesimpulannya adalah, konsep green building yang dikembangkan saat ini akan menjaga lingkungan tetap hijau, selaras, dan harmonis dengan mereka yang tinggal di dalamnya.

Pendekatan Umum Untuk Merancang Green Building

Salah satu pendekatan umum yang dapat digunakan untuk merancang green building adalah sebagai berikut:
Langkah pertama: “To Know Where You Are”
Langkah pertama adalah mengenali lokasi tempat Anda tinggal. Langkah ini mempertanyakan bagaimana kualitas lingkungan hidup di sekitar Anda dan bagaimana kemungkinan tingkat kualitas hidup yang akan dapat dicapai.
Langkah kedua: “Size Does Matter”
Berlawanan dengan pandangan umum bahwa semakin besar ruangan semakin baik bagi penggunanya, terutama pada bangunan rumah tinggal, pada pendekatan green building tidak selalu demikian. Ruangan yang lebih besar tidak lebih baik, karena makin kecil bangunan maka akan makin lebih baik kontrol aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.
Langkah ketiga: “Make Sure Yourself”
Langkah ketiga adalah menyadari dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita memang ingin membangun bangunan yang ramah lingkungan. Kesadaran ini menjadi salah satu faktor penting karena akan membantu kita fokus pada usaha perancangan yang realistis, dalam artian melakukan penghematan energi dan perlindungan terhadap berbagai sumber alam yang akan dipakai.
Langkah keempat: “Learn The Alternative Way”
Langkah keempat lebih banyak bersifat teknis, yaitu mempelajari alternatif metode membangun dan menggunakan material yang tepat guna serta ramah lingkungan.

Source :https://regarzworld.wordpress.com/2011/01/24/green-building-bangunan-ramah-lingkungan-syaratkan-efisiensi/